{Pelbagai|Beragam|Bermacam-macam|Beraneka|Bermacam|Berjenis-jenis} penghargaan {sudah} diraih oleh Pemerintah Kota Payakumbuh {semenjak} {sebagian} tahun terakhir. {Penemuan|Penemuan|Kreatif|Temuan} dalam bidang sanitasi, pengelolaan sampah, pasar tradisional sehat, pembinaan pedagang kaki lima, dan drainase perkotaan mengantarkan kota ini meraih penghargaan {Penemuan|Penemuan|Kreatif|Temuan} Managemen Perkotaan (IMP) pada 2012, Indonesia Green Regional Award (IGRA), Kota Sehat Wistara, dan sederet pengharaan lainnya.
Sejarah
{Panorama} jalan di Payakumbuh di akhir abad ke-19
Kota Payakumbuh {khususnya|terlebih|secara khusus|terutamanya|lebih-lebih|terpenting} {sentra} kotanya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. {Semenjak} keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, {wilayah} ini berkembang menjadi depot atau {wilayah} gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu {tempat} administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia Belanda waktu itu.[2]
Jembatan itu {kini} {diketahui} juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.
Payakumbuh {semenjak} zaman sebelum kemerdekaan {sudah} menjadi {sentra} pelayanan pemerintahan, perdagangan, dan {pengajaran} {khususnya|terlebih|secara khusus|terutamanya|lebih-lebih|terpenting} bagi Luhak Limo Puluah. Pada zaman pemerintahan Belanda, Payakumbuh {ialah|merupakan|yaitu|yakni} {daerah} kedudukan {pembantu} residen yang {merajai} wilayah Luhak Limo Puluah, dan pada zaman pemerintahan Jepang, Payakumbuh menjadi {sentra} kedudukan pemerintah Luhak Limo Puluah.
Reviews:
Posting Komentar